Minggu, 01 Mei 2011

Waspadai dampak panjang depresi pada anak

Jangan biarkan depresi serta gangguan mental terjadi pada anak. Perlu ada terapi dan intervensi lebih lanjut untuk menyembuhkannya. Sebab, depresi ini akan berdampak pada perilakunya hingga dewasa.
Anak Anda yang berusia tiga tahun ternyata tidak seriang anak-anak lainnya. Jarang terdengar ocehan lucu khas anak-anak. Bahkan, dia juga tidak nafsu makan. Daripada bercanda bersama saudara-saudaranya, atau menggambar di bukunya, dia lebih suka berada di tepi jendela sambil menatap kosong ke luar. Bisa jadi buah hati Anda sedang mengalami depresi.

Tidak seperti bintik-bintik merah pada penyakit campak atau hidung yang memerah pada penyakit flu, simtom depresi memang tidaklah terlalu konkret; dan sebagai konsekuensinya, sering kali hal ini tidak terdeteksi orang tua. Berdasarkan buku 'Mental Health: A Report of the Surgeon General', anak-anak depresi mengalami episode depresi yang biasanya bertahan selama 7–9 bulan.

Meskipun beberapa ahli perkembangan anak yang mengatakan bahwa perilaku depresif yang bertahan lebih dari dua minggu memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, bagaimanapun, paling baik adalah untuk membiarkan profesional di bagian kesehatan mental untuk memutuskannya.

Meskipun penyebab pasti dari depresi kanak-kanak tidak juga diketahui, penelitian depresi pada orang dewasa menyatakan bahwa bergantung pada predisposisi genetis dan pengaruh lingkungan. Anak-anak yang orang tua atau dan atau saudaranya menderita depresi lebih mungkin mengembangkan simtom penyakit ini.

Setelah diketahui tanda-tanda yang menyertainya, sebaiknya anak depresi tidak didiamkan. Penelitian baru menunjukkan, anak yang pernah mengalami gangguan psikologis seperti depresi dan penyalahgunaan zat psikotropika di masa kecilnya akan tumbuh menjadi seorang dewasa yang tertekan secara finansial. Mereka juga cenderung tidak ingin cepat-cepat menikah dan menyelesaikan pendidikannya.

“Penelitian ini menunjukkan bahwa gangguan psikologis masa kanak-kanak dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang yang signifikan dan dapat berdampak luas pada individu atas hidup mereka,” kata penulis utama studi P James Smith, seorang peneliti di lembaga nirlaba RAND Corp di Santa Monica, California, Amerika Serikat, seperti dikutip dalam laman HealthDay News.

Pengamatan oleh tim penelitian ini telah dikumpulkan dari data umum dan survei besar-besaran pada 2007 yang melibatkan sekitar 5 ribu keluarga di Amerika Serikat selama empat dasawarsa. Studi ini meminta sepasang kakak-adik atau saudara sedarah untuk melihat perbandingan pada keluarganya dengan atau tanpa masalah psikologis selama masa kanak-kanaknya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 persen dari partisipan mengalami masalah-masalah psikologisnya di masa anak-anak. Sekitar 4 persen di antara mereka mengaku depresi dan 2 persen lainnya mengkonsumsi alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang, sementara 2 persen sisanya harus berurusan dengan masalah psikologis lainnya.

Mereka dengan riwayat kesulitan psikologis saat muda rata-rata mengeluarkan biaya lebih dari USD10 ribu per tahun saat dewasa, dibandingkan dengan saudara mereka yang bebas masalah. Apabila ditotal, jika satu dari 20 orang dewasa saat ini mengalami gangguan psikologis saat masa kecil, dana untuk mengatasi hal itu di seluruh negara bagian Amerika sebesar USD2,1 miliar.

Studi juga mengemukakan, sekitar 11 persen partisipan yang memiliki masa kecil bermasalah lebih kecil kemungkinannya untuk cepat menikah dan menyelesaikan waktu sekolahnya. Para peneliti menyebutkan bahwa masalah kesehatan mental bisa berulang, mengingat lebih dari sepertiga anak-anak dengan masalah psikologis, terus memiliki masalah tersebut saat dewasa.

“Sebenarnya tidak semua orang yang memiliki masalah psikologis saat anak-anak akan membawa masalah ini ke masa dewasa. Namun, mereka 10–20 kali lebih berpeluang daripada orang lain yang memiliki kekurangan saat dewasa,” kata Smith. Temuan ini menggambarkan potensi sangat besar yang mungkin bisa mengidentifikasi dan memperlakukan masalah-masalah awal dalam hidup.

Perawatan bagi anak dan remaja yang menderita depresi di antaranya termasuk kombinasi dari psikoterapi individu dan konseling keluarga. Supaya optimal, terapi haruslah melibatkan orang tua, saudara, dan orang yang penting dalam kehidupan sang anak, seperti guru atau kakek-nenek.

Perawatan lainnya meliputi terapi bermain, evaluasi berkelanjutan, dan pada beberapa kasus menggunakan obat. Obat antidepresi kerap digunakan untuk merawat kasus depresi menengah. Yang penting juga, belum diizinkan untuk memberikan obat antidepresi pada anak di bawah usia delapan tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar