Senin, 02 Mei 2011

Mendeteksi Depresi pada Anak

Apa yang terlintas di kepala, saat melihat anak kita gemar membanting pintu untuk mengekspresikan kekesalannya? Jika kita berpikir itu hanyalah fluktuasi emosi yang harus dihadapi, ada baiknya kita juga “mencurigai” mungkin saja anak kita tengah depresi.

Survei di Amerika Serikat mengestimasi, setidaknya ada 10 persen dari anak-anak yang mengalami depresi akibat proses akil balik. Dan sebagian besar dari mereka tak pernah mendapatkan pertolongan. Inilah yang mempertajam risiko depresi mereka saat dewasa, khususnya masa-masa perubahan hormon terjadi. Maka ada baiknya sebagai orang tua, kita mengetahui tanda-tanda depresi pada anak.


Pada umumnya, depresi akan membuat anak-anak kita tidak nafsu makan dan kesulitan tidur. Bahkan pada tahap depresi yang lebih serius akan membuat mereka menarik diri dari keluarga dan teman-temannya.

Dan seperti yang kita ketahui, emosi yang serba tak menentu akan memengaruhi kesehatan. Hal yang sama juga dialami oleh anak-anak kita. Mereka akan jadi sering mengeluh sakit kepala hingga mengalami penurunan berat badan yang drastis. Jika semua ini tidak berubah selama 2 minggu penuh, bisa jadi anak kita tengah mengalami depresi.

Sebagai orang tua yang harusnya kita lakukan adalah dekati anak sebagai teman. Itu artinya, kita harus bisa menahan diri untuk tidak menggurui tingkah lakunya yang menggangu. Buat dia nyaman untuk bercerita apapun pada kita. Tapi jika Anda merasa tidak bisa mengatasinya sendiri, walaupun sudah mencoba berbagai cara, segeralah temui psikolog khusus anak agar dapat tertangani dengan tuntas.

Tanda-tanda Depresi pada Anak

Depresi tidak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak dan remaja juga bisa mengalami depresi. Kabar baiknya adalah bahwa depresi merupakan penyakit yang dapat diobati. Depresi didefinisikan sebagai suatu penyakit ketika perasaan depresi tersebut bertahan dan mengganggu aktifitas dan kemampuan anak atau remaja tersebut.

Sekitar 5 persen dari anak-anak dan remaja diyakini pernah mengalami depresi. Anak-anak yang mengalami stress, mengalami kehilangan (orang atau barang atau apapun), anak yang sedang belajar, atau anak yang mengalami gangguan kecemasan berada pada risiko yang lebih tinggi untuk menderita depresi. Depresi juga cenderung untuk terjadi dalam keluarga.

Perilaku anak-anak dan remaja yang mengalami depresi mungkin berbeda dari perilaku orang dewasa yang depresi. Orangtua sebaiknya berhati-hati dan waspada terhadap tanda-tanda depresi yang mungkin terdapat pada anak-anak mereka.

Tanda-tanda depresi pada anak-anak dan remaja, antara lain:

  • Anak terlihat penuh kesedihan, kadang-kadang atau selalu menangis
  • Penurunan minat dalam berbagai kegiatan, atau ketidakmampuan untuk menikmati kegiatan favorit sebelumnya
  • Putus asa
  • Bosan, lesu, lemah, kehilangan semangat
  • Mengabaikan penampilan pribadi
  • Menutup diri dari pergaulan
  • Perasaan harga diri rendah dan rasa bersalah
  • Reaksi berlebihan terhadap kegagalan atau penolakan
  • Tidak menunjukkan reaksi terhadap pujian atau hadiah
  • Mudah marah, tersinggung
  • Kesulitan dalam berinteraksi
  • Sering mengeluhkan penyakit fisik seperti sakit kepala dan sakit perut
  • Sering absen dari sekolah atau prestasinya menurun di sekolah
  • Kurang konsentrasi dalam melakukan aktifitas
  • Gangguan atau ada perubahan besar dalam pola makan dan/atau pola tidur
  • Ada keinginan untuk lari dari rumah
  • Ada pikiran atau ungkapan untuk melakukan bunuh diri atau perilaku yang merusak diri sendiri
  • Ada perubahan kepribadian
  • Dan banyak lagi lainnya (orang tua pasti bisa melihat dan merasakan perbedaan pada tingkah laku anaknya dari biasanya)

Seorang anak yang dulu sering bermain dengan teman-temannya mungkin sekarang menghabiskan sebagian besar waktunya sendirian saja dan sering tanpa aktifitas apapun. Aktifitas yang biasanya menyenangkan sekarang hanya membawa sedikit kegembiraan untuk anak yang mengalami depresi. Anak-anak dan remaja yang mengalami depresi mungkin mengatakan mereka ingin mati atau mungkin berbicara tentang bunuh diri. Depresi juga dapat menyebabkan si anak atau remaja mengkonsumsi minuman keras atau narkoba yang dianggapnya sebagai cara yang bisa mengatasi depresinya.

Anak-anak dan remaja yang sering bermasalah di rumah atau di sekolah juga mungkin menderita depresi. Karena anak mungkin tidak selalu tampak sedih, orang tua dan guru mungkin tidak menyadari bahwa perilaku mengganggu dari anak itu adalah tanda dari depresi. Ketika ditanya langsung, anak-anak ini kadang-kadang dapat menyatakan mereka tidak bahagia atau sedih.

Diagnosis dan pengobatan dini sangat penting untuk anak-anak yang mengalami depresi. Depresi adalah penyakit nyata yang memerlukan bantuan profesional. Perawatan komprehensif sering kali diperlukan, meliputi terapi pada si penderita maupun terhadap keluarganya. Pengobatan biasanya menggunakan obat antidepresan.

Bunuh Diri Akibat Depresi

Sebagian besar orang yang melakukan bunuh diri akibat depresi dan tidak mampu beradaptasi dengan stressor, kata Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Warih Andan P.

"Depresi merupakan perubahan alam perasaan, tanda-tandanya antara lain sedih berlebihan, minat terhadap apa pun menurun, energi berkurang, lemas, dan malas," katanya pada diskusi fenomena bunuh diri di Indonesia dan penyebabnya, di Yogyakarta, Kamis.

Ia mengatakan pelaku bunuh diri berusia antara 15-35 tahun dan lanjut usia (lansia). Pada usia 15-35 tahun sebagian besar pelaku bunuh diri adalah remaja.

"Banyak stressor atau hal-hal yang dapat menimbulkan stres pada remaja. Misalnya, timbul perasaan rendah diri karena tidak memiliki handphone seperti teman-temannya, atau diejek teman-temannya yang kemudian menyebabkan depresi," katanya.

Pada lansia depresi disebabkan oleh timbulnya perasaan kehilangan banyak hal, misalnya pensiun. Mereka yang awalnya bekerja menjadi tidak bekerja, dan anak-anaknya mulai mandiri sehingga merasa tidak dibutuhkan atau kehilangan peran dalam keluarga.

"Bunuh diri terjadi karena orang tersebut tidak mampu beradaptasi dengan stressor. Orang yang mampu beradaptasi dengan stressor adalah orang-orang yang mempunyai kepribadian yang kuat dan matang," katanya.

Ia mengatakan stressor akan ada sepanjang hidup, sehingga gangguan jiwa maupun bunuh diri tidak bisa dicegah dengan menghilangkan stressor.

Namun, kata dia, bunuh diri dapat dicegah dengan membuat orang memiliki kepribadian yang matang atau kuat.

Kepribadian yang matang, menurut dia bisa dimulai sejak kecil atau anak-anak. Anak-anak merupakan bakal awal sehingga lingkungan berpengaruh dalam menentukan kepribadian seseorang.

Ia mengatakan jika dari kecil selalu melihat orang yang melampiaskan kemarahan dengan membanting barang-barang di sekitarnya, maka dia juga akan belajar melakukan hal yang sama.

Depresi dan Stroke Saling Berhubungan

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Dr Suryo Dharmono mengatakan, depresi, penyakit jantung akibat penyempitan pembuluh darah, dan stroke saling terkait dan berhubungan timbal balik.

Dalam seminar tentang relasi antara depresi, penyakit jantung, dan stroke, di Jakarta, Dr Suryo Dharmono menjelaskan bahwa kombinasi depresi dan penyakit jantung berupa penyempitan pembuluh darah atau pada stroke dapat meningkatkan angka kematian.

"Berbagai studi tentang depresi pada pasien penyakit jantung menunjukkan angka prevalensi yang cukup tinggi, yakni 18-60%. Studi-studi epidemiologis juga menunjukkan peningkatan angka mortalitas pasien penyakit jantung akibat menderita pula depresi," katanya.

Sementara itu depresi yang dialami oleh pasien stroke juga berpeluang cukup tinggi untuk meningkatkan angka mortalitas.

"Depresi pada pasien stroke menunjukkan prevalensi sekitar 27-45%. Pada penderita stroke, depresi akan memperlambat proses penyembuhan, memperberat gejala fisik, mengganggu rehabilitasi, dan meningkatkan angka kematian," kata Suryo.

Depresi adalah penyakit serius yang diderita oleh jutaan orang dengan berbagai macam gejala. Depresi dapat menyebabkan seseorang merasa bersalah tanpa alasan yang jelas.

Depresi dapat menjadikan seseorang merasa tidak berguna, meskipun telah melakukan apa saja yang menurutnya adalah yang terbaik, tambah Suryo.

"Depresi dapat menyebabkan seseorang tidak berminat terhadap hal-hal yang sebelumnya amat dia sukai. Selain itu depresi membuat energi terkuras, sehingga lekas merasa letih dan lelah," ujarnya.

Sementara itu penyakit jantung akibat penyempitan pembuluh darah koroner menghambat aliran darah kaya oksigen ke otot jantung.

Penyakit jantung ini disebut pula dengan penyakit jantung iskemik, dan gejala yang paling sering tampil adalah nyeri di bagian dada (disebut dengan istilah angina).

Faktor-faktor resiko yang kerap memunculkan penyakit jantung iskemik antara lain umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, diabetes, riwayat keluarga penyakit jantung prematur, dan hipertensi.

"Di sisi lain stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang ditandai dengan kematian jaringan otak yang terjadi akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak," kata Suryo yang menjadi staf pengajar bagian psikiatri di FK-UI sejak 1999.

Stroke bisa dipicu oleh berbagai penyakit antara lain hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, dan berbagai keadaan seperti usia yang lanjut, obesitas, merokok, suku bangsa (negro/Spanyol), jenis kelamin (laki-laki), dan kebiasaan kurang berolahraga.

"Penanganan yang komprehensif terhadap penderita penyakit jantung iskemik dan stroke sangat perlu untuk memberikan perhatian pada pengelolaan depresi. Pengelolaan yang benar terhadap depresi merupakan faktor yang penting untuk tercapainya pemulihan yang optimal," kata dia.

Ia melanjutkan, "Seyogyanya pengelolaan depresi dan pemulihan pasien dan penyakit jantung dan stroke melibatkan tim terpadu interdisipliner, yang terdiri atas dokter ahli penyakit jantung, penyakit syaraf, psikiater, rehabilitasi medik, psikolog, dan pekerja sosial."

Jangan Sepelekan Depresi pada Anak

Jangan biarkan depresi serta gangguan mental terjadi pada anak. Perlu ada terapi dan intervensi lebih lanjut untuk menyembuhkannya. Sebab, depresi ini akan berdampak pada perilakunya hingga dewasa. Bahkan, pada anak berusia beranjak remaja hingga remaja, bisa nekat melakukan bunuh diri karena faktor depresi

ANAK Anda yang berusia tiga tahun temyata tidak senang anak-anak lainnya. Jarang terde-J. \jigar occhan lucu khas anak-anak. Bahkan, dia juga tidak memiliki nafsu makan seperti anak normal lainnya. Pada anak usia di atasnya, dia lebih memilih berada di tepi jendela sambil menatap kosong, ketimbang bercanda bersama saudara-saudaranya, atau menggambar di bukunya. Awasi Bisa jadi buah hati Anda sedang mengalami depresi.

Lalu, apa itu depresi? Depresi merupakan gejala kehilangan gairah, semangat dan menurunnya daya pikir. Kondisi seperti ini selain dialami oleh orangtua juga sering terjadi pada anak. Gejala depresi umumnya akan menimbulkan perasaan cemas, gelisah, bahkan hingga stres. Jika gejala seperti ini sudah menghinggapi anak kecil, para orangtua dianjurkan untuk mengenali kondisi kejiwaan anak sejak dini.Para peneliti di Washington University School of Medicine mengemukakan, anak-anak mengalami symptom depresi yang sama seperti yang sering ditemukan pada orang dewasa, bahkan mendekati sama tingkat keparahannya. Menurut the National Mental Health Association, satu dari tiga anak di Amerika menderita depresi. Namun, walaupun sudah berbicara mengenai statistik, depresi tetap merupakan penyakit yang tak terdeteksi dan tak terawat antara anak-anak dan remaja.

Tidak seperti bintik-bintik merah pada penyakit campak, atau hidung yang memerah pada penyakit flu, symptom depresi tidaklah terlalu kongkrit, dan sebagai konsekuensinya, seringkali hal ini tidak terdeteksi oleh orangtua.Meskipun beberapa ahli perkembangan anak mengatakan bahwa perilaku depresi yang bertahan lebih dari dua minggu memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, bagaimanapun, paling baik adalah mendengar profesional di bagian kesehatan mental yang menmgkaji dan memutuskannya.Meskipun penyebab pasti dari depresi kanak-kanak tidak juga diketahui, penelitian depresi pada orang dewasa menyatakan bahwa bergantung pada predis-posisi genetis dan pengaruh lingkungan. Anak-anak yang orangtua atau saudaranya menderita depresi, lebih mungkinkan untuk mewarisi peenyakit ini.

Pnilitian beberapa psikolog mengatakan, salah satu gejala depresi yang dialami oleh bayi, biasanya selalu rewcl. Jika bayi mengalami depresi atau kecemasan dan kondisi ini dibiarkan begitu saja oleh oleh orangtuanya, maka akan terbawa dan berpengaruh sampai anak dewasa. Penyebab depresi pada bayi di bawah empat bulan, biasanya karena makanan, kurangnya sosialisasi, faktor guru dan pengaruh teman. Sedangkan depresi pada anak-anak di usia sekolah, bisa dilihat dari perubahan perilaku atau prestasi pelajarannya yang menurun. Ciri lainnya, seperti malas untuk belajar atau tidak mau bertemu dengan temannya dan cenderung menarik diri dari lingkungan.

Sehingga, tidak sedikit penyakit ini bisa mengarah ke bunuh diri.salah satu ciri anak yang mudah terkena depresi yakni punya kepribadian yang tertutup (introvert), sukar bergaul, dan tidak mudah bersosialisasi. Oleh karena itu, anak seperti ini harus dibiasakan mengikuti aktivitas-aktivitas sosial.Lebih lanjut, lingkungan akan sangat berpengaruhpada anak untuk berkembang menjadi positif atau negatif karena setiap anak punya potensi sendiri sendiri dan tidak bisa dituntut sama antara yang satu dengan yang lainnya. Lingkungan bisa mengarahkan anak untuk tidak berperilaku tertutup atau mengalami kesulitan dalam bergaul Meskipun anak mempunyai potensi cukup cerdas atau punya bakat-bakat tertentu, tetapi karena kcter-tutupannya yang lebih bereaksi menarik diri/depresi dapat menyebabkan dia tak bisa berkembang. Aruk anak yang mengalami depresi lebih ditentukan oleh faktor lingkungan. Oleh karena itu pola asuh anak sebaiknya dilakukan sejak balita.

Sementara itu, jika Anda mengetahui tanda-tanda depresi yang menyertai anak, jangan didiamkan. Penelitian baru menunjukkan, anak yang pernah mengalami gangguan psikologis seperti depresi dan penyalahgunaan zat psikotropika di mau kecilnya akan tumbuh menjadi seorang dewasa yang ternyata secara finansial. Mereka juga cenderung tidak ingin cepat-cepat menikah dan menyelesaikan pendidik annya. "Penelitian Ini menunjukkan bahwa gangguan psikologis masa kanak-kanak dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang yang signifikan dan dapat berdampak luas pada individu atas hidup mereka," kata P James Smith, seorang peneliti di lembaga nirlaba RAND Corp di Santa Monica, California, Amerika Serikat, seperti dikutip dari HealthDay News.

Banyak contoh kasus belakangan ini, anak beranjak remaja yang menderita depresi melakukan tlntl .ikan yang sangat luar biasa yakni bunuh diri. Kejadian imbahkan sudah sering ditulis di beberapa media massa bahwa ada anak yang bunuh diri karena dimarahi orangtua atau terlibat dalam sebuah masalah yang membuat dia dipenjara oleh dinya sendiri Perawatan bagi anak dan remaja yang menderita depresi, harus melalui kombinasi dari psikotcrapi individu dan konseling keluarga. Supaya optimal, menurut Dr Elizabeth Rody, direktur medis serta psikiater anak dan remaja untuk Magellan Behavioral Health di New Jersey, terapi harus tetap melibatkan orangtua, saudara dan orang yang penting dalam kehidupan sang anak, seperti guru dan kakek neneknya.

Perawatan lainnya meliputi terapi bermain, evaluasi berkelanjutan dan pada beberapa kasus, menggunakan obat. Obat antidepresi seringkali digunakan untuk merawat kasus depresi menengah. Yang penting juga, belumlah diizinkan untuk memberikan obat antidepresi pada anak di bawah usia 8 tahun. Jadi, kata dia, peran keluarga tetap sangat dominan dalam mengatasi masalah ini. "jadi, jika anak mengalami depresi, orangtua jangan sampai melepas tangan kepada para psikoterapi atau dokter untuk menanganinya sendiri.

Keluarga atau orang-orang terdekat si anak harus tetap memberikan sentuhan-sentuhan kasis sayang yang bisa membuatnya pulih dari keadaan seperti itu," ungkapnya.Berikut, Rody memberi contoh beberapa gejala depresi yang melekat pada anak usia bayi, hingga balita, dan beranjak remaja. Antara lain, tangis terus menerus dan kesedihan perslsten, Kurangnya antusiasme atau motivasi, meningkatnya kemarahan, kelelahan kronis atau kekurangan energi. Menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang tadinya disukai, perubahan kebiasaan makan dan tidur, dan lainnya, bloggaul.com/ danAvuspada.com

Jauhkan Depresi pada Ibu Hamil

Mengapa amat penting menjaga agar ibu yang sedang mengandung jangan sampai mengalami depresi? Tidak lain karena adanya perubahan hormon pada ibu hamil secara keseluruhan sehingga sering merasa kesal, jenuh atau sedih.

Selain itu, keadaan fisik yang berubah saat hamil sering kali menimbulkan depresi bagi para ibu. Menjelang usia kehamilan tertentu, ibu mengalami kesulitan tidur. Ini tentu menyebabkan si ibu keesokan harinya akan merasa amat letih, ada lingkaran hitam di mata, dan kulit muka menjadi kusam.

Tiffani Field PhD dari Universitas of Miami Medical School mengungkapkan, adanya pengaruh antara ibu yang depresi dan anak yang dilahirkannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 20 tahun, dia menemukan bahwa ibu yang mengalami depresi berat akibat perubahan mood atau perubahan fisik selama kehamilan, akan melahirkan anak yang memiliki kadar hormon stres tinggi. Selain itu, aktivitas otak yang peka terhadap depresi dan perubahan suasana hati, menunjukkan sedikit ekspresi dan mengalami gejala depresi lain, seperti sulit makan dan tidur.

Berbahaya lagi, bila gejala-gejala depresi pada bayi baru lahir tidak segera ditangani, anak berkembang menjadi anak yang tidak bahagia. Mereka sulit belajar berjalan, berat badan kurang, dan tidak responsif terhadap orang lain. Bila keadaan ini tetap tidak ditanggulangi, anak akan tumbuh menjadi balita yang depresi. Saat mulai sekolah, mereka mengalami masalah tingkah laku, seperti agresif dan mudah stres.
Tiffani juga menyebutkan bahwa penyebab depresi pada ibu hamil bisa dipicu oleh adanya masalah-masalah pada kandungan seperti kandungan lemah, sering muntah pada awal kandungan, dan masalah-masalah lain yang bisa menyebabkan depresi. Ibu akan terus-menerus mengkhawatirkan keadaan anak dan ini akan membuat dia merasa tertekan.

Depresi dapat pula dialami setelah sang ibu melahirkan bayinya. Di Amerika Serikat, sekitar 30% dari ibu yang baru melahirkan diduga mengalami depresi pascamelahirkan.

Ibu dan anak yang mengalami depresi harus mendapatkan pertolongan para profesional. Diperlukan konsultasi dengan dokter anak dan psikolog anak. Makin cepat pertolongan diberikan, makin besar kemungkinan anak akan tumbuh normal. Terapi lainnya, seperti pijat, juga terbukti baik untuk mengatasi depresi, baik bagi anak maupun ibu. Tapi, ini pun harus dengan pengawasan dari dokter.

Yang penting, Tiffani menyarankan, upaya penyembuhan ini harus dilakukan pada ibu dan bayi. Jangan hanya bayi yang diterapi, sementara ibu dibiarkan makin terpuruk dalam depresi atau sebaliknya. Ibu dan bayi harus bekerja sama untuk mengatasi depresinya. Ayah pun harus berperan aktif dalam membantu penyembuhan orang-orang terdekat ini.

Di sini, peran suami terhadap ibu yang sedang mengandung dan setelah melahirkan amat besar. Ibu hamil harus mendapatkan dukungan yang sebesar-besarnya dari suami. Dukungan suami ini bisa ditunjukkan dengan berbagai cara, seperti memberi ketenangan kepada istri, membantu sebagian pekerjaan istri atau sekadar memberi pijatan ringan bila istri merasa pegal.

Diharapkan, dengan dukungan total dari suami, istri dapat melewati masa kehamilannya dengan perasaan senang dan jauh dari depresi yang dapat berakibat sama terhadap anak yang di kandungnya.

Pada saat bayi yang ditunggu sudah lahir, peran suami yang sekarang menjadi seorang ayah tentu diharapkan menjadi semakin aktif. Ayah dan ibu harus berbagi tugas dalam mengasuh dan merawat si kecil. Jangan sampai semua perawatan bayi diserahkan ke ibu. Ini bisa membuat ibu depresi karena fisiknya belum pulih setelah melahirkan, ditambah kelelahan baru dalam merawat si buah hati.

Mengatasi Depresi Pada Anak

Anak Anda yang berusia 3 tahun ternyata tidak seriang biasanya, ia tidak ‘ceriwis’ saat pagi tiba, bukan tidak mungkin ia juga menolak untuk makan.

Daripada bercanda bersama saudara-saudaranya, atau menggambar di bukunya, ia cenderung berada di tepi jendela sambil menatap kosong ke luar, mungkinkah seorang balita mengalami depresi?

Seperti kebanyakan orang lainnya, Anda mungkin berasumsi kalau anak pra sekolah terlalu kecil untuk merasa sedih. Tapi ada penelitian terbaru yang menyatakan bahwa depresi klinis itu ternyata tidak mengenal usia. Depresi – bahkan keinginan untuk bunuh diri – sama berpengaruhnya pada balita dan remaja seperti pada orang dewasa.

Para peneliti di Washington University School of Medicine, mengemukakan bahwa anak-anak mengalami symptom depresi yang sama seperti yang sering ditemukan pada orang dewasa, bahkan sama tingkat keparahannya. Menurut the National Mental Health Association, satu dari tiga anak di Amerika menderita depresi. Namun, walaupun sudah berbicara mengenai statistik, depresi tetap merupakan penyakit yang tak terdeteksi dan tak terawat antara anak-anak dan remaja.

Tidak seperti bintik-bintik merah pada penyakit campak, atau hidung yang memerah pada penyakit flu, simptom depresi tidaklah terlalu kongkrit, dan sebagai konsekuensinya, seringkali hal ini tidak terdeteksi oleh orang tua.

Apa sih tanda-tanda depresi kanak-kanak? Apa saja perilaku yang perlu diawasi oleh orang tua? Biasanya anak-anak yang menderita depresi secara persisten selalu terganggu, menarik diri, dan lethargic, kata Dr Elizabeth Rody, direktur medis serta psikiater anak dan remaja untuk Magellan Behavioral Health di New Jersey.

Anak yang depresi juga kehilangan minat untuk melakukan kegiatan yang sebelumnya sangat mereka sukai, sementara simptom lainnya meliputi :
  • Tangis terus menerus dan kesedihan persisten
  • Kurangnya antusiasme atau motivasi
  • Meningkatnya kemarahan
  • Kelelahan kronis atau kekurangan energi
  • Menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang tadinya disukai
  • Perubahan kebiasaan makan dan tidur (adanya kenaikan atau penurunan berat tubuh yang terlihat jelas, suka sekali tidur, sulit tidur)
  • Keluhan yang sangat sering mengenai masalah fisik, seperti sakit perut atau pusing
  • Kurangnya konsentrasi dan suka lupa
  • Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan
  • Sensitifitas berlebihan sampai penolakan atau kegagalan
  • Perkembangan mayor yang tertunda (pada balita – tidak berjalan, berbicara atau mengekspresikan diri )
  • Bermain yang melibatkan kekerasan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, atau dengan tema yang sedih.
  • Seringnya muncul pembicaraan mengenai kematian atau bunuh diri.
Tidaklah biasa bagi anak-anak untuk tetap merasa bersedih dari waktu ke waktu. Dengan mengetahui ini, bagaimana orang tua dapat membedakan fluktuasi mood normal dari depresi yang serius? Jawabannya adalah pada durasi dari perilaku depresif tersebut.

Menurut Mental Health : A Report of the Surgeon General, anak-anak depresi mengalami episode depresi yang biasanya bertahan dari tujuh sampai sembilan bulan, meskipun beberapa ahli perkembangan anak yang mengatakan bahwa perilaku depresif yang bertahan lebih dari dua minggu memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Tapi bagaimana pun juga, paling baik adalah untuk membiarkan profesional di bagian kesehatan mental untuk memutuskannya.

Depresi bukanlah satu-satunya alasan adanya perilaku ‘nakal’ anak. Masalah fisiologis, seperti malnutrisi, mononucleosis, alergi dan penyakit lainnya dapat menimbulkan mood yang marah-marah, keletihan dan penarikan diri. Ini mengapa Rody menekankan bahwa orang tua harus membawa anak mereka kepada dokter keluarga terlebih dulu, sebelum membuat janji dengan seorang profesional kesehatan mental.

Bila ternyata anak Anda bukan mengalami masalah kesehatan umum, maka langkah selanjutnya adalah untuk membuat janji dengan psikiater atau psikolog anak dan remaja untuk evaluasi. Sebagai tambahan dari serangkaian tes psikologis dan kerja darah, orang tua juga harus siap untuk me-review seluruh sejarah kesehatan anak.

Meskipun penyebab pasti dari depresi kanak-kanak tidak juga diketahui, penelitian depresi pada orang dewasa menyatakan bahwa tergantung pada predisposisi genetis dan pengaruh lingkungan. "Sebagian dari lingkungan dan genetik," kata Rody. "Bila dibandingkan antara depresi dengan penyakit jantung. Anda dapat memiliki sejarah sakit jantung di keluarga dan pada waktu yang sama Anda tidak menjaga pola hidup Anda. Keduanya mungkin menyebabkan Anda terkena serangan jantung. Depresi juga seperti itu, disebabkan oleh kombinasi kompleks dari berbagai faktor."

Anak-anak yang orang tua atau/dan saudaranya menderita depresi lebih mungkin mengembangkan simptom penyakit ini. Tidak mampu belajar (Learning disabilities), seperti tidak mampu berkonsentrasi/hiperaktif, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan disleksia juga berkontribusi pada timbulnya depresi kanak-kanak. Faktor lingkungan yang membuat anak-anak berisiko menderita gangguan depresi meliputi pelecehan fisik, seksual, dan verbal, anak yang terlantar dan adanya sejarah pemakaian obat-obatan dalam keluarga.

Perceraian serta kehilangan orang yang dicintai juga dapat menimbulkan emosi yang labil pada anak-anak, tapi tidak selalu merupakan penyebab depresi.

Meskipun anak Anda baru balita, emosinya sangatlah nyata. Para ahli percaya bahwa makin banyak orang tua memberi perhatian pada perasaan anaknya, maka makin baiklah kemampuannya untuk mencari bantuan pada depresi. "Jika anak Anda mengatakan, ‘saya sangat sedih dan ingin lompat dari jendela’, sebaiknya Anda memandang perkataan ini secara serius, " kata Rody memperingatkan.

Tanyakan pada anak Anda hal-hal di bawah ini untuk mengetahui penyebab kesedihan anak Anda :
  • Apa yang terjadi hari ini sehingga kamu sangat sedih?
  • Apa yang membuat kamu bahagia?
  • Apa sih yang kamu cari?
  • Apa yang kamu inginkan terjadi padamu?
  • Jika kamu dapat mengubah dirimu, apa yang ingin kamu ubah?
Perawatan bagi anak dan remaja yang menderita depresi termasuk kombinasi dari psikoterapi individu dan konseling keluarga. Supaya optimal, menurut Rody, terapi haruslah melibatkan orang tua, saudara dan orang yang penting dalam kehidupan sang anak, seperti guru dan kakek-nenek.

Perawatan lainnya meliputi terapi bermain, evaluasi berkelanjutan dan pada beberapa kasus, menggunakan obat. Obat antidepresi seringkali digunakan untuk merawat kasus depresi menengah. Yang penting juga, belumlah diijinkan untuk memberikan obat antidepresi pada anak di bawah usia 8 tahun.

Anak Depresi, Hindari MSG dan Minuman Soda

Mengatasi depresi pada anak tidak cukup hanya dengan memberikan terapi psikologis, tetapi juga perlu dukungan asupan makanan, vitamin, serta minuman yang mendukung pemulihan kondisi anak. Dus, juga perlu diketahui jenis makanan apa saja yang harus dihindarkan dari anak-anak yang sedang menderita depresi agar kondisinya tidak semakin memburuk.

Makanan yang mengandung asam lemak omega-3 dipercaya bisa mengurangi depresi. Riset yang dilakukan Andres Stoll tahun 1999 di Amerika Serikat menunjukkan, penderita depresi yang mengonsumsi asam lemak omega-3 secara teratur bisa mengurangi tingkat depresinya. Sumber makanan yang banyak mengandung asam lemak Omega-3 terdapat pada kacang-kacangan dan minyak ikan, seperti ikan salmon dan ikan tuna.

Anak yang menderita depresi juga dianjurkan mengonsumsi vitamin. Salah satu jenis vitamin yang sangat diperlukan adalah vitamin B5. Selain dikenal sebagai pencegah depresi, vitamin B5 juga penting untuk menambah ketahanan tubuh.

Contoh makanan yang memiliki kandungan vitamin B5 dengan jumlah cukup besar antara lain tomat, kuning telur, susu, yogurt, keju, gandum, dan kacang-kacangan.
Mengonsumsi kolostrum juga dipercaya membantu mengurangi depresi pada anak.

Susu berkolostrum mengandung zat yang dapat merangsang otak untuk memproduksi zat laktalbumin. Zat laktalbumin dipercaya mampu memproduksi serotonin dan albumin. Kedua zat itu mendorong munculnya perasaan baik pada diri seseorang. Perasaan baik tersebut dapat menimbulkan rasa senang dan dengan cepat suasana hati pun menjadi nyaman. Suasana hati semacam ini sangat dibutuhkan oleh anak yang tengah depresi.

Mengonsumsi kolostrum juga baik untuk kesehatan anak sebab susu berkolostrum memiliki kandungan zat antibodi dan memiliki nutrisi tinggi serta kandungan laktosa dalam jumlah rendah. Susu ini memiliki banyak manfaat. Selain memproduksi zat laktalbumin, mengonsumsi susu kolostrum rutin dipercaya dapat mengaktifkan produksi zat kimia lainnya di otak yang bisa meningkatkan kewaspadaan dan konsentrasi. Pasokan kolustrum terbaik dari air susu ibu alias ASI.

Sebaliknya, ada beberapa makanan atau zat yang perlu dihindari jika anak Anda mengalami depresi. Salah satunya adalah monosodium glutamat atau MSG. Konsumsi berlebihan dapat memicu penurunan kecerdasan otak dan sulit untuk berkonsentrasi.

Anak pengidap depresi juga harus dijauhkan dari minuman bersoda sebab minuman bersoda mengandung fosfor yang dapat menetralkan asam hidroklorida dalam lambung. Kondisi itu dapat mengganggu fungsi pencernaan sehingga bisa memperparah tingkat depresi. Maklum, gangguan lambung sering kali terjad saat depresi

Minggu, 01 Mei 2011

Waspadai dampak panjang depresi pada anak

Jangan biarkan depresi serta gangguan mental terjadi pada anak. Perlu ada terapi dan intervensi lebih lanjut untuk menyembuhkannya. Sebab, depresi ini akan berdampak pada perilakunya hingga dewasa.
Anak Anda yang berusia tiga tahun ternyata tidak seriang anak-anak lainnya. Jarang terdengar ocehan lucu khas anak-anak. Bahkan, dia juga tidak nafsu makan. Daripada bercanda bersama saudara-saudaranya, atau menggambar di bukunya, dia lebih suka berada di tepi jendela sambil menatap kosong ke luar. Bisa jadi buah hati Anda sedang mengalami depresi.

Tidak seperti bintik-bintik merah pada penyakit campak atau hidung yang memerah pada penyakit flu, simtom depresi memang tidaklah terlalu konkret; dan sebagai konsekuensinya, sering kali hal ini tidak terdeteksi orang tua. Berdasarkan buku 'Mental Health: A Report of the Surgeon General', anak-anak depresi mengalami episode depresi yang biasanya bertahan selama 7–9 bulan.

Meskipun beberapa ahli perkembangan anak yang mengatakan bahwa perilaku depresif yang bertahan lebih dari dua minggu memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, bagaimanapun, paling baik adalah untuk membiarkan profesional di bagian kesehatan mental untuk memutuskannya.

Meskipun penyebab pasti dari depresi kanak-kanak tidak juga diketahui, penelitian depresi pada orang dewasa menyatakan bahwa bergantung pada predisposisi genetis dan pengaruh lingkungan. Anak-anak yang orang tua atau dan atau saudaranya menderita depresi lebih mungkin mengembangkan simtom penyakit ini.

Setelah diketahui tanda-tanda yang menyertainya, sebaiknya anak depresi tidak didiamkan. Penelitian baru menunjukkan, anak yang pernah mengalami gangguan psikologis seperti depresi dan penyalahgunaan zat psikotropika di masa kecilnya akan tumbuh menjadi seorang dewasa yang tertekan secara finansial. Mereka juga cenderung tidak ingin cepat-cepat menikah dan menyelesaikan pendidikannya.

“Penelitian ini menunjukkan bahwa gangguan psikologis masa kanak-kanak dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang yang signifikan dan dapat berdampak luas pada individu atas hidup mereka,” kata penulis utama studi P James Smith, seorang peneliti di lembaga nirlaba RAND Corp di Santa Monica, California, Amerika Serikat, seperti dikutip dalam laman HealthDay News.

Pengamatan oleh tim penelitian ini telah dikumpulkan dari data umum dan survei besar-besaran pada 2007 yang melibatkan sekitar 5 ribu keluarga di Amerika Serikat selama empat dasawarsa. Studi ini meminta sepasang kakak-adik atau saudara sedarah untuk melihat perbandingan pada keluarganya dengan atau tanpa masalah psikologis selama masa kanak-kanaknya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 persen dari partisipan mengalami masalah-masalah psikologisnya di masa anak-anak. Sekitar 4 persen di antara mereka mengaku depresi dan 2 persen lainnya mengkonsumsi alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang, sementara 2 persen sisanya harus berurusan dengan masalah psikologis lainnya.

Mereka dengan riwayat kesulitan psikologis saat muda rata-rata mengeluarkan biaya lebih dari USD10 ribu per tahun saat dewasa, dibandingkan dengan saudara mereka yang bebas masalah. Apabila ditotal, jika satu dari 20 orang dewasa saat ini mengalami gangguan psikologis saat masa kecil, dana untuk mengatasi hal itu di seluruh negara bagian Amerika sebesar USD2,1 miliar.

Studi juga mengemukakan, sekitar 11 persen partisipan yang memiliki masa kecil bermasalah lebih kecil kemungkinannya untuk cepat menikah dan menyelesaikan waktu sekolahnya. Para peneliti menyebutkan bahwa masalah kesehatan mental bisa berulang, mengingat lebih dari sepertiga anak-anak dengan masalah psikologis, terus memiliki masalah tersebut saat dewasa.

“Sebenarnya tidak semua orang yang memiliki masalah psikologis saat anak-anak akan membawa masalah ini ke masa dewasa. Namun, mereka 10–20 kali lebih berpeluang daripada orang lain yang memiliki kekurangan saat dewasa,” kata Smith. Temuan ini menggambarkan potensi sangat besar yang mungkin bisa mengidentifikasi dan memperlakukan masalah-masalah awal dalam hidup.

Perawatan bagi anak dan remaja yang menderita depresi di antaranya termasuk kombinasi dari psikoterapi individu dan konseling keluarga. Supaya optimal, terapi haruslah melibatkan orang tua, saudara, dan orang yang penting dalam kehidupan sang anak, seperti guru atau kakek-nenek.

Perawatan lainnya meliputi terapi bermain, evaluasi berkelanjutan, dan pada beberapa kasus menggunakan obat. Obat antidepresi kerap digunakan untuk merawat kasus depresi menengah. Yang penting juga, belum diizinkan untuk memberikan obat antidepresi pada anak di bawah usia delapan tahun.