Senin, 02 Mei 2011

Bunuh Diri Akibat Depresi

Sebagian besar orang yang melakukan bunuh diri akibat depresi dan tidak mampu beradaptasi dengan stressor, kata Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Warih Andan P.

"Depresi merupakan perubahan alam perasaan, tanda-tandanya antara lain sedih berlebihan, minat terhadap apa pun menurun, energi berkurang, lemas, dan malas," katanya pada diskusi fenomena bunuh diri di Indonesia dan penyebabnya, di Yogyakarta, Kamis.

Ia mengatakan pelaku bunuh diri berusia antara 15-35 tahun dan lanjut usia (lansia). Pada usia 15-35 tahun sebagian besar pelaku bunuh diri adalah remaja.

"Banyak stressor atau hal-hal yang dapat menimbulkan stres pada remaja. Misalnya, timbul perasaan rendah diri karena tidak memiliki handphone seperti teman-temannya, atau diejek teman-temannya yang kemudian menyebabkan depresi," katanya.

Pada lansia depresi disebabkan oleh timbulnya perasaan kehilangan banyak hal, misalnya pensiun. Mereka yang awalnya bekerja menjadi tidak bekerja, dan anak-anaknya mulai mandiri sehingga merasa tidak dibutuhkan atau kehilangan peran dalam keluarga.

"Bunuh diri terjadi karena orang tersebut tidak mampu beradaptasi dengan stressor. Orang yang mampu beradaptasi dengan stressor adalah orang-orang yang mempunyai kepribadian yang kuat dan matang," katanya.

Ia mengatakan stressor akan ada sepanjang hidup, sehingga gangguan jiwa maupun bunuh diri tidak bisa dicegah dengan menghilangkan stressor.

Namun, kata dia, bunuh diri dapat dicegah dengan membuat orang memiliki kepribadian yang matang atau kuat.

Kepribadian yang matang, menurut dia bisa dimulai sejak kecil atau anak-anak. Anak-anak merupakan bakal awal sehingga lingkungan berpengaruh dalam menentukan kepribadian seseorang.

Ia mengatakan jika dari kecil selalu melihat orang yang melampiaskan kemarahan dengan membanting barang-barang di sekitarnya, maka dia juga akan belajar melakukan hal yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar